Komisi VI Keluhkan CPO Belum Bisa Masuk Pasar Jerman

01-04-2015 / KOMISI VI

Ketua Komisi VI DPR RI Achmad Hafisz Tohir menyesalkan ekspor CPO Indonesia belum bisa masuk pasar Jerman. Padahal, ekspor industri otomotif Jerman begitu maju dan diterima di Indonesia. Ketimpangan ini menyebabkan Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan dengan Jerman.

Hal itu dikemukakan Hafisz saat mendampingi Pimpinan DPR menerima kunjungan kehormatan Presiden Parlemen Jerman Norbert Lammert, Selasa (31/3). Indonesia sangat senang bisa mengadopsi teknologi Jerman. Dan Jerman sendiri sudah mengambil keuntungan dari kerja samanya dengan Indonesia di berbagai sektor. Namun, suasananya terbalik dengan Indonesia, karena neraca perdagangannya mengalami defisit. Sebaliknya, Jerman justru surplus.

“Kami begitu senang melihat teknologi otomotif Jerman. Begitu banyak Mercedes Benz di Indonesia, tetapi tidak sedikitpun minyak goreng kami bisa masuk ke negara Anda,” ungkap Hafisz kepada Lammert. Lammert sendiri, kata Hafisz, tercengang dengan pernyataannya itu. Lagi-lagi, Pemerintah Jerman masih membawa sentimen lingkungan di balik penolakan CPO Indonesia masuk pasar Jerman dan Eropa.

Ternyata, ekspor CPO Indonesia diatur oleh Uni Eropa, sehingga menyulitkan masuk pasar Eropa. Hafisz sendiri sudah meminta Parlemen Jerman untuk membantu ekspor CPO Indonesia bisa masuk Eropa atau setidaknya diterima pasar Jerman. “Jadi, apapun yang akan diekspor ke Jerman, Uni Eropa yang mengatur,” jelas politisi PAN dari Dapil Sumsel I itu.

Argumen penolakan CPO Indonesia, lantaran kelapa sawit penghasil CPO ditanam dengan merusak lingkungan. Selama isu lingkungan ini belum bisa dirubah, selama itu pula ekspor CPO masih sulit masuk. “Ini menjadi PR besar kita. Saya sebetulnya sudah tahu persoalan ini. Tapi, saya memancing, kenapa mereka tidak mau membantu kita menyelesaikan masalah ini. Kita, kan, perlu dukungan politik mereka supaya persoalan ini bisa diselesaikan dengan cara birateral.”

Dikatakan Hafisz, penghasil CPO di dunia tidak banyak. Hanya beberapa negara tropis yang bisa memproduksinya. Dan negara tropis itu Malaysia, Indonesia, Thailand, Brazil, Venezuela, dan Tanzania. Tapi Indonesia adalah penghasil CPO terbesar di dunia. “Kita buang ke mana ekspor CPO ini. Ya, hanya ke Cina. Ketika negara-negara lain enggan bersahabat dengan Cina, dia malah buka opsi dagang dengan kita. Nah, itulah kelebihan Cina,” papar Hafisz. (mh), foto : denus/parle/hr.

 

 

 

BERITA TERKAIT
Asep Wahyuwijaya Sepakat Perampingan BUMN Demi Bangun Iklim Bisnis Produktif
09-01-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berencana akan melakukan rasionalisasi BUMN pada tahun 2025. Salah...
147 Aset Senilai Rp3,32 T Raib, Komisi VI Segera Panggil Pimpinan ID FOOD
09-01-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan raibnya 147 aset BUMN ID Food senilai Rp3,32 triliun. Menanggapi laporan tersebut,...
Herman Khaeron: Kebijakan Kenaikan PPN Difokuskan untuk Barang Mewah dan Pro-Rakyat
24-12-2024 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen akan mulai berlaku per 1 Januari 2025. Keputusan ini...
Herman Khaeron: Kebijakan PPN 12 Persen Harus Sejalan dengan Perlindungan Masyarakat Rentan
24-12-2024 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron menyoroti pentingnya keberimbangan dalam implementasi kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai...